Menurut Mutiara Ika, juru bicara aliansi, aksi ini merupakan bentuk desakan kepada Presiden Prabowo Subianto untuk segera menghentikan tindakan represif aparat terhadap demonstran. “Kami menuntut Presiden menarik mundur TNI-Polri dari ruang sipil dan menghentikan kekerasan terhadap warga yang menyampaikan aspirasi,” tegasnya.
Aliansi mengecam keras tindakan aparat yang merangsek ke permukiman dan kampus, termasuk insiden gas air mata di Unisba dan Unpas. Sejak demonstrasi dimulai pada 25 Agustus, tercatat berbagai pelanggaran terjadi di Petamburan, Kwitang, dan titik lainnya.
Tragedi yang menimpa Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang tewas tertabrak kendaraan taktis Brimob pada 28 Agustus, menjadi titik balik eskalasi demonstrasi. Sayangnya, situasi ini dimanfaatkan oleh kelompok tak dikenal untuk melakukan aksi vandalisme dan penjarahan, yang menyebabkan beberapa kelompok membatalkan aksi lanjutan.
Aliansi juga menuntut:
- Penghentian pelabelan makar dan terorisme terhadap demonstran
- Jaminan perlindungan hukum bagi korban dan peserta aksi
- Evaluasi kebijakan negara yang membebani anggaran dan memperparah kemiskinan serta pengangguran
Aksi ini merupakan bagian dari rangkaian protes nasional yang terus bergulir. Dengan simbol sapu lidi sebagai lambang pembersihan kekotoran negara, Aliansi Perempuan Indonesia menyerukan perubahan dan keadilan.
Posting Komentar